TUHAN MENGASIHI KITA SEMUA!
(Maleakhi 1:1-6; 1 Yoh 4:7-12)
Saudara-saudari di dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kita. Selamat Minggu bagi kita semua. Semoga Minggu ini menjadi minggu yang membahagiakan bagi kita semua.
Para sahabat yang kekasih ! Maleakhi artinya “utusanKu” atau “suruhanKu”. Dia adalah seorang nabi atau hamba Allah yang diutus menyampaikan firmanNya atas bangsa Israel di tengah merosotnya akhlak dan moral hidup beriman, beragama dan bermasyarakat. Tujuannya, agar mereka percaya dan menyembah Tuhan dengan benar.
Bangsa Israel telah kehilangan rasa takut akan Tuhan. Akibatnya mereka menjadi hidup sembrono dalam beribadah dan dalam kehidupan sehari-hari. Hidup mereka bobrok, bahkan hidup beribadah menjadi sebuah ejekan dan lelucon. Para imam tidak lagi melayani Tuhan dengan takut. Perceraian merajalela. Menikahi gadis asing menjadi lazim. Tak memberi persembahan pun menjadi lumrah (Mal 1:6-2:9; 2:10-16; 3:7-12). Krisis iman ini membawa kekecewaan dan hidup yang kacau balau.
Orang yang baik dan jahat sama-sama hidup normal tanpa ada kelebihan yang satu dengan yang lain. Mereka pun mengumpat, berontak dan berbicara kurang ajar kepada Allah. Mereka membenarkan diri seraya menilai sia-sialah beribadah kepada Tuhan. Tidak ada untungnya hidup dengan benar bahkan tidak ada gunanya bertobat. Semakin diingatkan, mereka malah semakin mengeraskan hati.
Orang yang rajin berdoa malah ditimpa musibah, orang yang tidak rajin beribadah hidupnya malah lebih mujur. Para koruptor hidupnya lebih nikmat, dan orang jujur hidupnya hanya pas-pasan. Gadis yang rajin bersekutu lama mendapat jodoh, gadis yang asyik ke Mall malah cepat dapat jodoh. Orang fasik seolah hidupnya lebih mujur ketimbang orang benar (bnd. Mzm 73).
Lewat nas firman Tuhan pada hari Minggu ini, kita diingatkan bahwa Tuhan mengasihi kita semua dan mengasihi segala bangsa. Untuk itu, kita dipanggil dan diserukan untuk:
Pertama: Kita mengasihi Tuhan dengan memberi yang terbaik dalam segenap dimensi kehidupan kita, termasuk yang terbaik dalam ibadah dan pelayanan. Jangan sampai tergoda untuk mencobai Allah, seolah orang fasik lebih berbahagia dari pada orang yang benar. Sikap hidup yang fatalistis memang acap kali membuat kita buta terhadap segala kebaikan Tuhan.
Tetaplah beribadah dengan setia di hadapan Allah, mengabdi kepada Tuhan sekaligus melayani sesama. Beribadah tidak sekedar seremonial, tetapi hidup secara operasional dalam segenap gerak hidup keseharian kita. Orang baik dan jahat selalu saja ada di sekeliling kita. Bukan karena Allah mentolerir apalagi membiarkannya, namun menghendaki setiap orang beribadah secara benar dan dari hati yang sadar, beribadah secara operasional melalui segenap perilaku kita.
Kedua: Hiduplah ber-Tuhan; bukan sekedar hidup beragama. Tuhan berfirman dalam ayat 2: ”Aku mengasihi kamu”. Namun mereka segera menjawab: “Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi” ? Tuhan sungguh mengasihi Esau maupun Yakub. Kasih Tuhan menghendaki interaksi yang mesra antara kita dengan sesama. Tuhan mengasihi bangsa Israel lebih daripada Esau dan Yakub. Di sini Tuhan bukan sedang pilih kasih atau benci, tetapi merujuk kepada kedaulatan Tuhan sendiri.
Ketiga: Kasih Tuhan tidak dibatasi oleh batas-batas sektarian. Kasih Tuhan tidak terbatas kepada satu bangsa saja, tetapi universal merangkul semua bangsa. Tuhan mencipta semua bangsa. Semua bangsa pun ada dalam bingkai karya penebusan dan keselamatan Allah.
Tuhan menantikan ketaatan dan penghormatan dari semua bangsa, bukan hanya bangsa Israel saja atau bangsa tertentu lainnya. Sebagai orang percaya, kita terpanggil untuk membagikan kasih Tuhan kepada semua bangsa dan menjadi saksiNya di tengah-tengah bangsa lain atau di tengah pluralitas di mana kita berada.
Tuhan memberkati kita sekalian. Salam kasih. Amin !


