Saudaraku yang kekasih. Selamat Advent bagi kita semua ! Semoga Minggu Advent III ini menjadi minggu yang meneguhkan pengharapan kita semua sekaligus minggu yang menyelamatkan bagi kita semua di manapun kita berada.
Ada tiga bagian besar isi Kitab Mika. Pertama: Hukuman kepada bangsa Israel melalui bangsa Assur (Mika 1-3). Kedua: Pembuangan ke Babel sekaligus dengan pemulihan Sion (Mika 4-5). Ketiga: Pengharapan akan keselamatan Tuhan (Mika 6-7), hingga penggenapan kedatangan Mesias (Mika 4:3; 5:2).
Mika adalah orang Maressa (Moresyet), yang bernubuat pada zaman raja Yotam, Ahas dan Hizkia. Dia melayani dalam waktu yang relatif bersamaan dengan Yesaya tahun 759-687 SM (Mika 1:1, 14; Jer 26:18). Nabi Mika menekankan kebenaran Allah dan raja Damai (Yes 2:2-4).
Sesungguhnya hidup umat Israel di zaman nabi Mika sungguh kacaubalau. Mereka membenci kebaikan dan mencintai kejahatan. Mereka merobek kulit dan memakan tubuh sesama bahkan meremukkan tulang-tulang dan mencincangnya seperti potongan-potongan daging dalam belanga (Mika 3:2-4). Para pemimpin menuntun umat kepada kegelapan. Mereka menyerukan damai bila mereka mendapat sesuatu untuk dikunyah, dan memerangi orang yang tidak memberi sesuatu ke mulutnya. Mereka muak terhadap keadilan. Yang bengkok diluruskan, yang lurus dibengkokkan (3:5-9).
Akhlak bangsa Israel kala itu sunggut amat merosot. Mereka membangun Sion dan Yerusalem dengan darah dan kelaliman. Ketetapan hukum digelar berdasarkan suap. Para imam memberi pengajaran sesuai dengan bayaran, para nabi bernubuat karena uang. Mereka mengklaim pula tindakan itu adalah dengan kehadiran Allah di tengah-tengah mereka, sehingga mereka tidak mungkin ditimpa malapetaka. Sion pun menjadi ladang, Yerusalem menjadi reruntuhan timbunan puing, bahkan Bait Sucipun menjadi bukit berhutan (Mika 3:10-12).
Ibarat musim panen di musim kemarau, tidak ada buah anggur untuk dipetik dan dimakan. Orang saleh sudah hilang dari negeri. Tidak ada lagi orang jujur di antara manusia. Mereka semua berbuat jahat mengincar darah. Para pemuka dan hakim gemar menerima suap dan memberi keputusan hukum dengan memutarbalikkan fakta. Orang terbaik di antara mereka adalah seperti tubuhan duri, orang paling jujur seperti pagar duri. Anak laki-laki menghina ayahnya, anak perempuan melawan ibunya, menantu perempuan melawan ibu mertuanya. Seisi rumah menjadi musuh (Mika 7:1-6).
Terhadap realitas hidup seperti itulah nabi Mika diutus. Perangai kegelapan dan kekacauan karakter, ternyata berdampak buruk terhadap ketandusan bumi dan tanah (ayat 13). Bencana ekologis masa kini juga berkorelasi dengan perangai kerakusan manusia.
Lewat firman ini, di tengah berbagai perangai kegelapan dan kekacau-balauan hidup, Tuhan memanggil kita agar tetap setia berharap kepada Allah yang berkuasa menyelamatkan, dengan cara:
Pertama: Setia Berharap kepada Allah yang berkuasa Menyelamatkan walau dalam berbagai kegelapan dan Kekacauan hidup (ayat 7). Bagaikan pelaut, kita tetap setia menantikan sinar mentari pagi. Tuhanlah sumber keselamaan kita. Tetaplah setia berharap kepadaNya. Meski hidup kacau-balau, kesetiaan kasih dan anugerah Tuhan selalu tersedia bagi kita. Dialah Allah yang menebus, membaharui sekaligus sumber segala pengharapan kita (YHWH is God of Redemption, Restoration and Hope).
Kedua: Musuh Tuhan akan diinjak-injak dalam Lumpur di jalan (ayat 8-10). Memang, kita mungkin saja dapat jatuh oleh musuh dan direkayasa menjadi duduk dalam kegelapan. Namun musuh tidak mungkin terus bersukacita. Tuhan adalah terang kita. Musuh akan tertunduk malu dan menutupi mukanya. Musuh yang bertanya dengan hinaan: “Di mana TUHAN, Allahmu ?”, akan diinjak-injak. Musuh Tuhan, juga termasuk mereka yang gemar merusak dan mengeksploitasi alam ciptaan Tuhan.
Ketiga: Tuhan akan Membangun Kembali Yerusalem dan ciptaanNya oleh karena Kasih setiaNya (ayat 11-13). Meski umatNya telah berdosa, namun rencana keselamatan Allah tetap tersedia, asal mereka bertobat dan kembali ke pangkuan Allah. Tembok Yerusalem akan dibangun kembali bahkan perbatasannya akan diperluas. Ini menjadi penghiburan yang spesial bagi kita khususnya sahabat kita yang tengah bergumul dalam derita nestapa di Tapanuli raya, Aceh dan Padang. Tuhan berkuasa membaharui puing-puing bangunan, rumah, sawah dan ladang yang ada (“God of Restoration”).
Mika, artinya: “Siapakah yang seperti YHWH” ? Hanya Tuhanlah yang berdaulat dan berkuasa mengampuni segala dosa kita, yang telah dikerjakan di dalam diri Yesus Kristus. Dasarnya adalah kasih karunia Tuhan; bukan karena perbuatan dan kebaikan manusia.
Maka, marilah kita bersukacita dan setia berharap kepada Allah yang berkuasa menyelamatkan. Dialah Allah di dalam Yesus Kristus yang telah menebus kita dari segala dosa dan kejahatan (“God of Redemption”). Dialah Allah yang berkuasa memulihkan dan membaharui segenap duka nestapa kita serta hati yang remuk redam (“God of Restoration”). Dan Dialah Allah sumber segala pengharapan kita (“God of Hope”). Itulah sukacita sejati bagi kita orang percaya di dalam Tuhan.
Tuhan memberkati saudara dan memberkati kita semua. Segenap rencana dan perjalanan kita di masa Advent, Natal dan Tahun Baru nanti, kiranya senantiasa dalam perlindungan Tuhan. Amin !


