ALLAH HADIR UNTUK MENYELAMATKAN KELUARGA
(Sebuah Refleksi Sederhana Tema Natal PGI-KWI 2025 Matius 1:21-24)
Salam sejahtera bagi kita semua. Minggu-minggu Adven menjelang Natal dan Natal tahun 2025 ini, kita gelar dalam bingkai keprihatinan yang mendalam akan bencana ekologis sejak 27 November lalu. Doa kita, Tuhan pasti menguatkan dan menghibur saudara-saudara kita, segenap keluarga yang tertimpa musibah, baik di Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Sibolga, Tapanuli Utara, Medan, Aceh, Padang, Langkat dan daerah lainnya.
Natal adalah peristiwa transenden Allah yang menyelamatkan manusia dan dunia ini. Natal ini merupakan momentum menghayati dan menghidupi kembali peristiwa kehadiran Allah, khususnya di tengah-tengah keluarga kita. Lewat kelahiran Yesus, kita mengalami karya nyata keselamatan Allah di tengah keluarga kita masing-masing. Pasca duka nestapa yang dialami saudara-saudara kita di daerah bencana, kita percaya Allah tetap bekerja untuk menyelamatkan keluarga.
Janji keselamatan yang telah dinubuatkan nabi Yesaya telah digenapi di dalam diri Yesus Kristus (Yesaya 7:14). Dialah Immanuel: Allah menyertai kita. Allah hadir di tengah keluarga Yusuf dan Maria guna menyelamatkan umat manusia dari dosa-dosanya. Kelahiran Yesus adalah bukti Kemahakuasaan Allah yang mencipta dari yang tidak ada menjadi ada _(Creatio ex nihilo)._
Allah mendambakan keluarga ada dalam bingkai keselamatan Tuhan atas seluruh umat manusia. Jalannya memang tidak mulus. Yusuf, seorang yang tulus hati misalnya, bahkan secara diam-diam berencana hendak menceraikan Maria. Namun dia mengurungkan niat itu setelah berjumpa _(encounter)_ dengan Tuhan lewat malaikatNya, kemudian mendengarkan perkataan malaikat itu lalu melakukannya (Mat 1:20, 24).
Yusuf tidak takut lagi mengambil Maria sebagai isterinya, karena anak di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Yusuf sadar, Allah sedang melibatkan keluarganya menjadi bagian dari karya keselamatan Allah. Yusuf dan Maria taat kepada Allah, lewat kesediaannya menjadi saluran kasih dan keselamatan bagi dunia (Mat 1:19-20). Mereka menjadi bagian dari arak-arakan rencana dan karya keselamatan Allah.
Yusuf ”move on” dari niat menceraikan menjadi berhati menghidupkan, membuka jalan untuk rencana dan karya keselamatan Allah. Ia melakukan itu bukan lagi semata karena kasihnya pada Maria, tetapi lebih pada ketaatanNya akan firman Allah. Yusuf lebih memberi telinga guna mendengar firman dan melakukan kehendak Allah.
Kelahiran Kristus menolong kita memaknai masalah keluarga, apakah itu ancaman perpisahan, perceraian, masalah ekonomi, jarak geografis yang berjauhan sesama anggota keluarga bahkan mungkin kekerasan dan lain-lain. Tuhan menjadikan keluarga sebagai tempat kehadiranNya guna melaksanakan karya keselamatan bagi umat manusia. Tuhan mendambakan keluarga kita menjadi tempat di mana firman Allah didengarkan dan kasih Kristus diselami, dihidupi dan dilaksanakan.
Lewat Natal ini, kiranya relasi segenap anggota keluarga kita dipulihkan kembali, terutama relasi kita dengan Tuhan. Semoga segenap harapan kita semakin menyala, kasih kita semakin mesra dan iman kita pun semakin diteguhkan. Tuhan memberkati keluarga kita menjadi alat di tanganNya untuk ikut dalam arak-arakan karya keselamatan Tuhan.
Laksana Maria dan Yusuf, Tuhan memakai keluarga kita untuk menjadi saluran berkat Tuhan. Meski berat, namun Tuhan menyanggupkan mereka untuk memikulnya. Tuhan tidak saja memberi tugas dan tanggungjawab untuk kita pikul, tetapi juga penyertaanNya guna menguatkan dan menopang kita dalam tugas mulia itu. Maria mengaminkan pekerjaan itu tanpa sungut-sungut. Pendengaran Maria akan firman selama ini, pada gilirannya kini dibuktikan dengan tekad dan komitmen penuh untuk melakukannya.
Natal ini juga menjadi momentum untuk memperkuat ketahanan keluarga kita masing-masing. Semoga para bapak tetap taat kepada firman Tuhan serta setia kepada isteri dan keluarga. Semoga para isteri tetap tangguh dan taat mendengarkan firman serta setia kepada suaminya. Semoga para anak-anak dalam keluarga setia memberi diri dibentuk oleh Tuhan agar dirinya menjadi bagian arak-arakan keselamatan Tuhan.
Jauhlah juga dari kita perpisahan dan perceraian dalam keluarga (3S: sirang so sirang; DSD: domu so domu). Tuhan memulihkan segenap keluarga kita, lembaga pertama dan tertua di seluruh dunia. Taat akan Tuhan, itulah pintu mujizat dalam keluarga kita masing-masing, sekaligus akan menjadi saluran atau “channel” berkat bagi orang lain. Amin !
Pdt Banner Siburian
Medan





