PNIEL: “AKU TELAH MELIHAT ALLAH” !
(Ev. Kejadian 32:22-32; Ep. Lukas 18:1-8)
Selamat Minggu saudaraku yang kekasih para Majelis dan warga jemaat HKBP Medan Sudirman, segenap simpatisan dan para pembaca yang terkasih di manapun kita berada. Semoga Minggu ini menjadi Minggu yang menyenangkan dan mendamaikan di hati kita semuanya. Happy sweet Sunday !
Nas perikope ini mengetengahkan pergulatan Yakub dengan Allah lewat malaikat di tepi Sungai Yabok. Setelah sekian lama Yakub tinggal di Haran, diapun berniat pulang ke kampungnya, Kanaan. Namun ada persoalan. Dia sangat ketakutan bertemu dengan Esau, abangnya, yang telah ditipunya sebelumnya. Meski hidupnya sejahtera di rumah Laban, paman dan mertuanya, namun hatinya senantiasa terancam, gelisah tidak tenteram.
Lewat khotbah ini, kita dipanggil untuk memiliki mata yang tajam untuk melihat Allah dalam hidup kita. Bagaimana tanda kita sudah melihat Allah dalam hidup ini ?
Pertama: Jauhlah segala tipu daya dari hidupmu. Ternyata, orang yang gemar menipu, hidupnya tidak akan tenteram dan damai. Yakub yang telah menipu Esau dengan hak sulung dan berkat (Kej 27), sangat lelah dikejar-kejar bayangannya sendiri dan masa lalunya. Bukan saja Esau yang ditipunya, namun ayahnyapun, Ishak, turut dibohonginya.
Menjadi penipu haram untuk dilakukan. Tuhan membenci sikap dan tindakan itu. Jauhlah itu dari kita. Namun, kasih Tuhan jauh lebih besar ketimbang kejahatan kita. Tuhan menyertai dan memelihara hidup Yakub sejak meninggalkan Bersyeba menuju Haran. Saat bermalam di kota Lus, dalam mimpi, dia melihat sebuah tangga sampai ke langit. Malaikat-malaikat turun naik di tangga itu (Kej 28:1022). Itulah Betel. Dia mendirikan batu tempat meyembah Allah di situ, sebagai bukti penyertaan dan pemeliharaan Tuhan atas dirinya.
Meski penuh rasa takut, namun dia tidak urung membawa kedua isterinya, Lea dan Rahel, budaknya Perempuan serta anak-anaknya menyeberang di Sungai Yabok (ayat 22-23). Meski hatinya berkecamuk ketakutan, namun dia tidak abai terhadap keluarganya.
Kedua: Ambillah saat teduh khusus berdoa memohon anugerah dan penyertaan Tuhan. Setelah menyeberangkan keluarga, dia berdoa khusuk bergulat dengan malaikat utusan Tuhan hingga fajar menyingsing. Saking hebatnya pergulatan, malaikat Tuhan itupun memukul sendi pangkal paha Yakub hingga dia terpelecok (ayat 23-25). Pergulatan itu (“Ye’aveq”), menjadi tanda kesungguhannya memohon penyertaan Tuhan (ayat 26).
Pergulatan doanya tidak sia-sia. Identitas namanya diubah oleh Tuhan. Dia bukan lagi Yakub, tetapi menjadi Israel, pejuang dan tentara Allah. Transformasi itu mengubah ketakutan menjadi keberanian. Pangkal pahanya yang pincang menjadi pengingat bahwa Yakub harus berubah menjadi mengandalkan Tuhan, termasuk saat ia berjalan pincang.
Ketiga: Jangan gemar mengandalkan diri sendiri, tetapi berilah dirimu ditempa, dibentuk dan diubah oleh Tuhan. Tempat dia bergulat itu disebut PNIEL, artinya: “Aku telah melihat Allah berhadapan muka, tetapi nyawaku tertolong” (ayat 30-31). Manusia yang telah melihat Allah, tidak lagi mengandalkan diri sendiri, tetapi mengandalkan Tuhan.
Tuhan berkuasa mengubah hidup manusia dari segala rasa takut yang mengancam dalam hidupnya, asalkan dia setia berjalan bersama Tuhan. Bersama Tuhan, kita akan menjadi pemenang, meski menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dalam hidup ini. Percayalah, Tuhan tidak pernah melakukan pembiaran kepada kita ditekan oleh rasa takut yang mendalam, asal kita mau memberi diri dibentuk, ditempa dan diubah oleh Tuhan.
Marilah menjadi Pniel-Pniel baru, yang setia memancarkan wajah Allah dalam hidup keugaharian kita, menjadi anak kesayangannya, menjadi prajuritnya yang penuh dengan keberanian. Bukan keberanian untuk bertengkar, tetapi keberanian mengenal diri, mengakui kesalahan, menjauhi segala pertengkaran dan balas dendam. Itulah cerminan orang kuat. Tidak mempertahankan kebenaran diri sendiri, namun kebenaran mutlak dari Allah.
Keempat: Bilamana engkau memiliki kekurangan fisik, tetaplah melangkah dengan pasti. Mana kala ada kelemahanmu yang lain (“handicap”), melangkahlah bersama Tuhan, yang berkuasa menopang dan menguatkanmu, laksana Yakub yang berjalan pincang itu. Jadikanlah berbagai tantangan dan kesulitan hidup menjadi Kairos guna menempa hati dan pribadimu. Dalam semua itu, lihatlah, Tuhan hadir menyertai dan memelihara hidupmu.
Gemarlah kita berbuat baik sesuai dengan kebenaran Allah. Jauhilah segala bentuk penipuan dalam hidupmu. Demikianlah kita menjadi Pniel masa kini, menjadi anak kesayangan Allah dan tantara pejuang kehidupan. Tuhan menyertai kita seperti Yakub, meski Tuhan tidak pernah merestui kelicikannya menipu. Tuhan menyertai kita, seperti penyertaan Tuhan kepada Yakub, semata-mata karena rahmatNya sendiri. Amin !


