MEMBERITAKAN INJIL DENGAN SEGENAP HATI
(Ev. Roma 1:8-15; Ep. Daniel 3:13-18)
Saudaraku yang kekasih dalam nama Yesus Kristus, Tuhan kita. Selamat hari Minggu bagi kita semua. Semoga Minggu ini menjadi Minggu yang menyenangkan bagi kita, penuh dengan sukacita dan kebahagiaan. Bila mana ada beban hidup kita, semoga Tuhan akan meringankannya.
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Kitab Roma adalah kitab yang ditulis dan dikirimkan rasul Paulus kepada jemaat di Roma, kurang lebih sekitar tahun 57-58 setelah Masehi. Meski bukan Paulus yang mendirikan langsung jemaat Roma ini, namun hatinya tetap dipenuhi dengan kasih dan sukacita melihat jemaat ini.
Khotbah dari perikope Roma 1:8-15 ini memanggil kita semua tanpa kecuali, agar kita semua turut memberitakan Injil dengan segenap hati. Tugas pemberitaan Injil adalah tugas setiap orang percaya yang telah beroleh keselamatan dari Tuhan. Bagaimanakah caranya kita memberitakan Injil dengan segenap hati ?
Pertama: Hendaklah hidup kita dipenuhi dengan Syukur. Kita mengucap Syukur (Yunani: “eucaristw: eukharisto”), seperti rasul Paulus bersyukur kepada Tuhan mengingat kabar tentang iman jemaat di Roma telah tersiar ke seluruh dunia. Gemar mensyukuri nikmat berkat Allah yang kita terima, itulah cara kita memberitakan Injil. Jadi bukan harus dengan naik ke mimbar di gereja, namun memberitakan Injil lewat hidup bersyukur atas kasih karunia dan berkat Allah yang kita terima. Semoga hidup kita juga tersiar dengan luas, oleh karena kebaikan kita; bukan tersiar oleh karena kejahatan atau tersiar oleh karena dosa dan pemberintakan kita (ayat 8).
Kedua: Hendaklah kita senantiasa hidup dalam doa (“proseuch-proseukhe”). Kita medoakan jemaat Tuhan, dan jemaat mendoakan para hambaNya, sama seperti Paulus senantiasa mengingat jemaat Roma dalam doanya (ayat 9-10). Memberitakan Injil juga lewat hidup saling mengunjungi, saling memberi penguatan yang satu dengan yang lain, hidup saling menopang dan hidup saling berbagi karunia Tuhan kepada sesama serta saling menghibur yang satu dengan yang lain (ayat 11-13).
Ketiga: Hendaklah kita gemar memberitakan Injil laksana hutang yang tidak pernah lunas (ayat 14: Crewsths-khreostes). Kita memberitakan Injil lewat hidup berbuat baik, sebagai respons akan karya penebusan Allah bagi kita. Karena pemberitaan itu adalah hutang, berarti kita melakukannya senantiasa dengan rendah hati; bukan dengan kesombongan. Kita memberitakannya dengan segenap hati kita; bukan dengan setengah hati, atau sampingan, tetapi merupakan totalitas keseharian hidup kita. Kita memberitakan Injil menjadi karakter dan gaya hidup keugaharian kita.
Keempat: Kita memberitakan Injil kepada semua orang tanpa pilih kasih; bukan kepada sekelompok orang. Dalam nas ini, pemberitaan Injil itu ditujukan baik kepada orang Yunani, maupun orang bukan Yunani (disebut dengan “barbarous”, orang yang hidupnya dianggap kurang teratur bahkan kurang berbudaya). Juga memberitakan Injil kepada orang terpelajar maupun orang tidak terpelajar (Yunani: “sofous kai asofous”, “na pistar nang na hurang roha”, “the wise and the foolish”, “the educated and the uneducated”). Kita memberitakan Injil dan berbaik hati kepada semua kategori komunitas orang tersebut, atau kepada semua orang tanpa pilih kasih (ayat 14).
Seperti Sadrak, Mesakh dan Abednego, kita semua dipanggil untuk setia dalam iman dan dalam pemberitaan Firman (Daniel 3:13-18). Kesetiaan itu berbuah manis dalam kehidupannya, bahkan beroleh berkat berlimpah lebih dibanding sebelumnya (Daniel 3:30), tak terkecuai dengan kedudukan yang tinggi bagi mereka.
Diberkatilah kita semua, agar hidup memberitakan Injil menjadi hidup keugaharian kita, lewat pekerjaan kita, lewat kata-kata kita yang memberkati, lewat hidup yang dipenuhi dengan syukur, lewat hidup yang senantiasa bergumul dengan doa, lewat hidup berbuat baik sebagai hutang rohani kita kepada semua orang, siapapun mereka dan bagaimanapun keadaan hidup mereka. Tuhan memberkati. Amin !