“Ketika saat kematian Daud mendekat, ia berpesan kepada Salomo, anaknya: “Aku ini akan menempuh jalan segala yang fana, maka kuatkanlah hatimu dan berlakulah seperti laki-laki. Lakukanlah kewajibanmu dengan setia terhadap TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya, dan dengan tetap mengikuti segala ketetapan, perintah, peraturan dan ketentuan-Nya, seperti yang tertulis dalam hukum Musa, supaya engkau beruntung dalam segala yang kaulakukan dan dalam segala yang kautuju” (1 Raja-raja 2:1-3)
Saudaraku yang terkasih dalam Yesus Kristus Tuhan kita Bayangkan seorang ayah tua yang sudah merasakan nafasnya mulai pendek dan kemudian memberikan nasihat terahir supaya anaknya setia kepada Tuhan. Seperti itu juga Daud, sang raja yang pernah mengalahkan Goliat, kini sudah tua dan berbaring lemah. Namun, di saat-saat terakhirnya, ia tidak bicara tentang kekayaan atau tahta yang akan diwariskan kepada Salomo, anaknya, tetapi sesuatu yang jauh lebih berharga: nasihat tentang bagaimana hidup yang benar.
Raja Daud mengatakan “Anakku,” “berjalanlah di jalan Tuhan.” Sepertinya sangat sederhana. Tapi di balik kesederhanaan itu, ada kebijaksanaan mendalam. Daud tahu bahwa kekuatan sejati bukan dari pedang atau tentara, melainkan dari ketaatan kepada Allah. Kemudian raja Daud mengatakan “kuatkan dirimu dan tunjukkanlah dirimu sebagai laki-laki” bukan tentang otot atau kekerasan. Ini tentang keberanian untuk tetap setia ketika dunia menawarkan jalan yang salah. Ini tentang keteguhan hati ketika godaan datang.
Saudaraku! Di zaman sekarang, kita juga sangat membutuhkan kekuatan semacam itu, bukan untuk berperang dengan pedang, tapi untuk tetap jujur ketika bisa curang, untuk tetap setia ketika bisa berkhianat, untuk tetap berbuat baik ketika orang lain berbuat jahat. “Lakukanlah apa yang Tuhan perintahkan.” Karena Daud sudah belajar, melalui kesalahan-kesalahannya sendiri, bahwa kebahagiaan sejati, kesuksesan yang bermakna, dan kehidupan yang berkelimpahan datang ketika kita berjalan selaras dengan kehendak Tuhan. Itulah warisan terbaik yang bisa diberikan seorang ayah: bukan emas atau perak, tapi kompas moral dan iman yang mengarahkan langkah di tengah kegelapan. Amin (JRT)