*JANGAN KUATIR: TUHAN MEMULIHKAN UMATNYA!*
(Ev. Amos 9: 11-15; Ep. Matius 6:25-34)
Selamat minggu saudaraku yang kekasih ! Semoga dalam minggu ini hati kita dipenuhi dengan sukacita dan kebahagiaan.
Saudaraku yang kekasih ! Nabi Amos melayani sebagai seorang nabi di Israel Utara. Dia Adalah seorang gembala domba dari Tekoa. Kala itu, ibadah perayaan seremonial agama sangatlah semarak, termasuk memberi persembahan perpuluhan. Namun semua itu hanyalah topeng guna menutupi dosa dan kejahatan mereka. Moral dan iman mereka tidak berbanding lurus dengan perayaan-perayaan tersebut.
Amos acap digelar sebagai: “Singa yang mengaum” yang demikian tajam menyerukan suara Tuhan kepada bangsa, termasuk ke kalangan istana. Amos tidak dapat diam melihat berbagai kejahatan dan ketidakadilan, baik di pengadilan maupun di pasar, termasuk para penindas orang-orang miskin.
Tak kurang juga kejahatan seperti itu acap kita jumpai kini. Dari manipulasi harga, mengoplos harga minyak dan beras dan gula, mengeksploitasi tenaga kerja, menindas sesama dan lain-lain. Tuhan memanggil kita meninggalkan hidup yang munafik. Muka nabi namun hati busuk, muka bagai diisi roh Kudus, namun hati laksana roh halus. Di gereja bermuka suci, di luar gereja gemar mencaci, mencuri dan korupsi.
Namun, Tuhan akan memulihkan umatNya. Tuhan akan mendirikan kembali pondok Daud yang roboh, menutup pecahan dindingnya dan kembali mendirikan reruntuhannya. Kota-kota yang licin dan tandas akan dibangun dan didiami. Mereka akan menanami kebun anggur dan meminumnya serta memakan buah dari kebun buah-buahan mereka. Terutama, mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang diberikan Tuhan kepada mereka.
Saudaraku ! Umat Tuhan tidak perlu lagi kuatir akan hidupnya, tentang apa yang mereka makan, minum dan pakai (Mat 6:31). Memang, seringkali orang miskin kuatir karena kemiskinannya. Orang kaya kuatir akan keselamatan hartanya. Pejabat kuatir, bila sesewaktu kursi jabatannya dirampas orang lain. Jujur, hidup manusia hampir tidak terpisahkan dengan hidup kuatir. “Dewa kuatir” selalu melekat dengan manusia.
Tuhan memulihkan hidup kita umatNya. Maka, kita tidak perlu kuatir, apalagi kuatir berkepanjangan dan menahun. Kata Yesus, kita tidak boleh kuatir akan hidup (Yun: “psukhe”), karena makanan, minuman atau pakaian (“soma”). Makan, minum dan pakaian memang penting. Namun yang penting itu (“soma”: pakaian, makanan), tidak boleh mengorbankan yang terpenting (“psukhe”: hidup). Sebanyak apapun pakaian, minuman dan makanan (“soma”), dia tidak pernah menjamin hidup (“psukhe”), atau bahkan memperpanjang hidup senafaspun.
Kiat mengatasi kekuatiran itu adalah dengan mencari Kerajaan Allah serta kebenaranNya dengan sepenuh hati. Tuhanlah Pemberi hidup. Makanan dan pakaian adalah sarana dan alat penunjang dalam hidup. Sarana penunjang meski penting, namun makna hidup bukan terletak pada sarana penunjang. Tanpa makan, memang tubuh kita tidak bisa hidup. Namun tanpa makan, bukan berarti kita tidak dapat memiliki hidup.
Mencari skala prioritas dalam kehidupan amatlah penting, yakni mencari Kerajaan Allah serta kebenaranNya. Itulah kiat utama mengatasi segala kekuatiran dalam hidup ini. Makan, minum dan pakaian memang penting, namun kita tidak boleh dikuasai rasa kuatir oleh karena semuanya itu. Sebanyak apapun pakaian, selezat apapun makanan dan minuman, semuanya itu merupakan tambahan dan pelengkap kehidupan, namun tidak akan pernah dapat dijadikan sebagai jaminan hidup.
Lihatlah burung, tidak menanam dan menabur, tetapi juga dipelihara Tuhan. Namun, burung pun tidak sekedar hinggap di sarangnya. Diapun harus terbang meninggalkan sarangnya untuk mencari makan, lalu membawa makanan untuk anak-anaknya. Manusia sebagai ciptaan Istimewa, tetaplah bekerja dan menabur tanpa dihantui rasa kuatir berlebihan dan berkepanjangan. “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan Syukur” (Pil 4:6).
Saudaraku yang kekasih ! Berilah hidupmu dipulihkan oleh Tuhan, maka rasa kuatir apapun dalam hidupmu akan kembali dibentuk Tuhan menjadi hidup yang optimis dan penuh dengan pengharapan.Tuhan memberkatimu. Amin !